KOMPLIKASI
DAN PENYULIT KEHAMILAN TRIMESTER III
2.4.1 Hipertensi
1) Definisi
Hipertensi karena kehamilan yaitu tekanan darah yang
lebih dari 140/90 mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki
potensi yang menyebabkan gangguan serius pada kehamilan.
Etiologi: keturunan atau genetik, obesitas, stress,
rokok, pola makan yang salah, emosional, wanita yang mengandung bayi kembar,
ketidaksesuaian RH, sakit ginjal, hiper/hipotyroid, koarktasi aorta, gangguan
kelenjar adrenal, gangguan kelenjar paratyroid.
Beberapa definisi untuk hipertensi dalam kehamilan
adalah sebagai berikut.
1. Hipertensi
gestasional adalah kenaikan tekanan darah yang hanya dijumpai dalam kehamilan
sampai 12 minggu pasca-persalinan , tidak di jumpai keluhan dan tanda-tanda preeklamsia
lainnya.diagnosis akhir ditegakan pasca-persalinan.
2. Hipertensi
kronis adalah hipertensi yang sudah dijumpai sebelum kehamilan,selama
kehamilan,sampai sesudah masa nifas. Tidak di temukan adanya keluhan dan
tanda-tanda preeklamsia lainya.
3. Superimposed preeclampsia
adalah gejala dan tanda-tanda preeklamsia muncul sesudah kehamilan 20 minggu
pada wanita yang sebelumnya menderita hipertensi kronis.
4. Preeklamsia
ringan, preeklamsia berat, dan eklamsia. Dahulu disebut PE jika dijumpai trias
tanda klinik yatu : tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg , proteinuria dan
edema. Akan tetapi,sekarang edema tidak lagi dimasukan dalam criteria
diagnostic karena edema juga di jumpai pada kehamilan normal.pengukuran tekanan
darah harus diulang berselang 4 jam, tekanan darah diastole lebih dari 90 mmHg
digunakan sebagai pedoman.
a. Preeklamsia
ringan adalah jika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg,tetapi kurang dari
160/110 mmHg,dan proteinuria (+).
b. Preeklamsia
berat adalah jika tekanan darah kurang dari 160/110 mmHg,proteinuria lebih dari
(+)(+), dapat disertai keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium,sakit
kepala, gangguan penglihatan dan oliguria.
c. Eklamsia
adalah kelainan akut pada wanita hamil dalam persalinan dan nifas yang ditandai
dengan timbulnya kejang dan/atau koma. Sebelumnya wanita ini menunjukan
gejala-gejala preeklamsia berat ( kejang timbul bukan akibat kelainan
neurologis)
2) Patofisiologi
Peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan volume
sekuncup/curah jantung yang bermasalah lama, penekanan tekanan perifer yang
berlangsung lama.
3) Manifestasi klinis
Gejala yang biasanya muncul pada ibu yang mengalami
hipertensi pada kehamilan harus diwaspadai jika ibu mengeluh: nyeri kepala saat
terjaga, mual, muntah akibat peningkatan tekanan intrakranium, penglihtaan
kabur, ayunan langkah yang tidak mantap, nokturia, oedema dependen dan
pembengkakan.
4) Klasifikasi hipertensi
Pada saat ini,untuk lebih menyederhanakan dan
memudahkan The Working Group Report and
High Blood Pressure in Pregnancy (2000) menyarankan klasifikasi hipertensi
dalam kehamilan sebagai berikut.
1. Hipertensi
gestasional
2. Hipertensi
kronis
3. Superimposed
preeklamsia
4. Preeklamsia
ringan,preeklamsia berat,eklamsia
Sebagai
batasan yang disebut hipertensi dalam kehamilan adalah kenaikan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg dan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
pada 2 kali pemeriksaan yang berjarak 4 jam atau lebih dan proteinuria jika
dijumpai protein dalam urin melebihi 0,3 gr/24 jam atau dalam pemeriksaan
kualitatif minimal positif (+) satu.
5) Pencegahan penyakit hipertensi
Pencegahan kejadian hipertensi secara umum agar
menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengubah kearah gaya hidup
sehat, tidak terlalu banyak pikiran, mengatur pola makan.
6) Pengobatan
penyakit hipertensi
Jika seseorang dicurigai hipertensi, maka dilakukan
beberapa pemeriksaan yaitu wawancara(anamnesa) adakah dalam keluarga yang
menderita hipertensi. Dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium,
pengobatan nonfarmakologik, mengurangi berat badan bila terdapat kelebihan
indeks tubuh, membatasi alkohol dan menghentikan rokok serta mengurangi makanan
berkolesterol, berolahraga ringan, mempertahankan asupan kalsium dan magnesium
adekuat, perbanyak unsur kalium, tidak banyak pikiran, dan istirahat yang
cukup.
2.4.2
Preeklamsia
1) Definisi
Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang
baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan
penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada
pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam urin (proteinuria).
Criteria minimal dari eklamsia adalah sebagai
berikut.
1. Tekanan
darah 140/90 mmHg setelah gestasi 20 minggu
2. Proteinuria
300mg/24jam aatu 1+ pada dipstick.
Peningkatan kepastian preeklamsia ( berat ) adalah
sebagai berikut
1. Tekanan
darah 160/110 mmHg.
2. Proteinuria
2gr/24 jam atau 2+ pada dipstick.
3. Kreatinin
serum lebih dari 1,2 mg/dl kecuali diketahui telah meningkat sebelumnya.
4. Trombosit
kurang dari 100.000/mm3.
5. Hemolisis
microangiopatik.
6. Peningkatan
ALT/AST.
7. Nyeri
kepala menetap atau gangguan serebrum atau pengelihatan lainya.
8. Nyeri
epigastrium menetap.
2) Jenis-Jenis
Preeklamsi
a)
Preeklamsi Ringan
Preeklamsi
ringan adalah timbulnya hipertensi dengan proteinuria dan atau edema setelah
kehamilan 20 minggu atau segera setalah kehamilan. Penyebab preeklamsi ringan
belum dikrtahui secara jelas.
Gejala
klinis preeklamsi ringan meliputi: kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau
lebih, diastol 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada
kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140-<160 mmHg, diastol 90-<110
mmHg, proteinuria positif 2.
Pemeriksaan
dan diagnostik menunjang peeklamsi ringan jika ditandai dengan: kehamilan lebih
20 minggu, kenaikn tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2
kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat, edema tekan pada tungkai, dinding
perut, lumbosakral, wajah atau tangan, proteinuria lebih 0,3 gr/liter/24 jam,
kualitatif +2.
Penangan
preeklamsi ringan dapat dilakukan dengn dua cara tergantung gejala yang timbul
yakni:
1.
Penatalaksanan
rawat jalan pasien preeklamsi ringan dengan cara: ibu dianjurkan banyak
istirahat, diet: cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam, pemberian
sedativa ringan: tablet phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 mg peroral selam
7 hari 9 atas instruksi doktor),roborantia, kumjungan ulang setiap 1 minggu,
pemeriksaan laboratorium: hemoglobin, hemotokrit, trombosit, urin lengkap, asam
urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
2.
Penatalaksanaan
rawat tinggal pasien preeklamsi ringan berdasarkan kriteria: setelah 2 minggu
pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala
preeklamsia, kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali
berturut-turut, timbul salah satu gejala atau lebih gejala atau tanda-tanda
preeklamsi berat.
Bila
setelah 1 minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka preeklamsi ringan
dianggap sebagai preeklamsia berat.
Perawatan
obstetri pasien preeklamsia ringan:
1)
Kehamilan preterm
(kurang 37 minggu). Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan,
persalinan ditunggu hingga aterm, bila desakan darah turun tapi belum mencapai
normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur
kehamilan 37 minggu atau lebih.
2)
Kehamilan aterm (37
minggu atau lebih): persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau
dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
3)
Cara persalinan:
persalinan dapat dilakukan secara spontan bila perlu memperpendek kala II
b) Preeklamsi Berat
preeklamsi berat adalah suatu suatu komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Gejala dan tanda preeklamsi berat: tekanan darah sistolik
>160 mmHg, tekanan darah diastol. 110 mmHg, peningkatan kadar enzim hati dan
ikterus, trombosit , 100.000/mm3, oliguria , 400 ml/24 jam, proteinuria >
3gr/liter, nyeru epigastrium, skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri
frontal yang berat, perdarahan retina, odem pulmonum, kerusakan oprgan-organ
tubuh seperti gagal jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan
pembekuan darah, sindrom HELLP, bahkan dapat menyebabkan kematian pada janin,
ibu atau keduanya bila preeklamsi tidak ditakani dengan baik dan benar.
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan
gejala-gejala
2.4.3 Eklamsia
Kejang yang tidak
disebabkan oleh hal lain pada seorang wanita dengan preeklamsia.
- Preeklamsia
pada Hipertensi Kronik ( superimposed preeclampsia )
Preeklamsia
pada hipertensi kronik adalah preeklamsia yang terjadipada perempuan hamil yang
telah menderita hipertensi sebelum hamil.
Criteria
preeklamsia pada hipertensi kronik adalah sebagai berikut.
1. Proteinuria
awitan baru 300 mg/24 jam pada wanita pengidap hipertensi, tetapi tanpa
proteinuria sebelum gestasi 20 minggu.
2. Terjadi
peningkatan tekanan darah atau hitungan trombosit kurang dari 100.000 mm3,
peningkatan proteinuria mendadakj pada wanita dengan hipertensi dan proteinuria
sebelum gestasi 20 minggu.
- Hipertensi
Kronik
Definisi
hipertensi kronis dalam kehamilan adalah adanya penyakit hipertensi yang telah
terjadi sebelum hamil ataupun di temukan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau
hipertensi yang menetap 6 minggu pasca-persalinan,ataupun yang menjadi
sebabnya.
Criteria
hipertensi kronik adalah sebagai berikut:
1. Tekanan
darah 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum gestasi 20 minggu.
2. Hipertensi
yang pertama kali didiagnosis setelah gestasi 20 minggu dan menetap setelah 12
minggu postpartum.
- Etiologi
Semua
teori yang menjelaskan tentang preeklamsia dapat menjelaskan pengamatan bahwa
hipertensi pada kehamilan jauh lebih besar kemungkinannya timbul pada wanita
dengan keadaan sebagai berikut.
1. Terpajan
ke villus korion pertama kali.
2. Terpajan
ke villus korion dalam jumlah yang sangat besar.
3. Sudah
mengidap penyakit vascular.
4. Secara
genetik rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil.
Gangguan
hipertensi paada kehamilan indikasi keparahan.
KELAINAN
|
RINGAN
|
BERAT
|
Tekanan darah
diastolic
|
Kurang dari 100 mmHg
|
110 mmHg atau lebih
|
Proteinuria
|
Samar sampai +1
|
+2 persisten,lebih
|
Nyeri kepala
|
Tidak ada
|
Ada
|
Gangguan penglihatan
|
Tidak ada
|
Ada
|
Nyeri abdomen atas
|
Tidak ada
|
Ada
|
oliguria
|
Tidak ada
|
Ada
|
kejang
|
Tidak ada
|
Ada (eklamsi)
|
Kreatinin serum
|
Normal
|
meningkat
|
Trombositopenia
|
Tidak ada
|
Ada
|
Peningkatan enzim
hati
|
Minimal
|
Nyata
|
Pertumbuhan janin
terhambat
|
Tidak ada
|
Jelas
|
- Penatalaksanaan
Tujuan
dasar penatalaksanaan untuk setiap kehamilan dengan penyulit preeklamsia adalah
sebagai berikut.
1. Terminasi
kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan bayinya.
2. Lahirnya
bayi yang kemudian dapat berkembang.
3. Pemulihan
sempurna kesehatan ibu.
4.1 Deteksi prenatal dini.
Secara
tradisional waktu pemeriksaan perinatal di laksanakansetiap 4 minggu sampai
usia kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 36 minggu. Peningkatan
kunjungan prenatal selamatrimester terakhir memungkinkan untuk mendeteksi dini
preeklamsia.
4.2 Pencegahan
1. Non
medis
a. Restriksi
garam : tidak terbukti dapat mencegah terjadinya preeklamsia.
b. Suplementasi
diet yang mengandung hal hal berikut ini
-
Minyak ikan yang kaya
dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya omega-3
PUFA.
-
Anti oksidan : vitamin
c. vitamin e betha-carotene,CoQ10,N-Acetylysteine,asam lipotik.
-
Elemen logam berat :
zinc, magnesium, kalsium.
c. Tirah
baring tidak terbukti untuk mencegah terjadinya preeklamsia dan mencegah
persalinan preterm.
2. Medis
a. Diuretika:
tidak terbukti mencegah terjadinya preeklamsia bahkan memperberat hipovolemia.
b. Anti
hipertensi tidak terbukti mencegah terjadinya preeklamsia.
c. Kalsium
: 1.500-2.000 mg/hari.
d. Magnesium
: 365 mg/hari
e. Zinc:
200 mg/hari
f. Obat
anti trombotik :
-
Aspirin dosis rendah :
rata-rata dibawah 100mg/hari. Tidak terbukti mencegah preeklamsia.
-
Dipyridamoleobat-obatan
antioksidan: vitamin C , vitamin E, bheta-carotene, CoQ10,N-acetylcysteine,asam
lipotik.
PENGELOLAAN
PREEKLAMSIA-EKLAMSIA
PENANGANAN
Preeklamsia
ringan
1. Jika
kehamilan kurang dari 37 minggu dan tidak dapat perbaikan, lakukan penilaian 2
kali seminggu secara rawat jalan.
a. Lakukan
pemantauan tekanan darah, proteinuria reflex, dan kondisi janin setiap minggu.
b. Lebih
banyak istirahat.
c. Diet
biasa.
d. Tidak
perlu pemberian obat.
e. Jika
proteinuriaa meningkat, kelola sebagai preeklamsia berat.
2. Jika
kehamilan lebih dari 37 minggu, pertimbangkan terminasi kehamilan ( kolaborasi
).
a. Jika
serviks matang lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500ml RL/dektrose
5% IV 10 tetes/menit atau dengan
prostaglandin.
b. Jika
serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter foley
atau lakukan terminasi dengan melakukan bedah SC.
Preeklamsia dan
Eklamsia
Penanganan
sama, kecuali persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah timbulnya kejang
pada eklamsia ( kolaborasi dengan dokter ).
1. Jika
diastole lebih dari 110mmHg berikan anti hipertensi sampai 90-100mmHg.
2. Pasang
infuse RL jarum no 16 atau lebih.
3. Ukur
keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.
4. Kateterisasi
urine untuk mengukur volume dan pemeriksaan proteinuria.
5. Jangan
tinggalkan pasien sendiri. Kejang disertai aspirasi dapat menyebabkan kematian
pada ibu dan janin.
6. Observasi
tanda vital, reflex, dan djj tiap 1 jam.
7. Auskultasi
paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi merupakan tanda adanya
edema paru. Jika edema paru, hentikan pemberian cairan dan berikan deuretika (
misalnya: Furosemidine 40 mg IV ).
8. Nilai
pembekuan darah. Jika pembekuan tidak terjadi selama 7 menit, kemungkinan
terdapat koagulopati.
Penanganan
kejang pada (eklamsi) adalah sebagai berikut ( kolaborasi dengan dokter ).
1. Beri
obat anti kejang ( antikonsulvan )
2. Perlengkapan
untuk penanganan kejang ( jalan nafas penghisap lender masker oksigen dan
oksigen ).
3. Lindungi
pasien dari kemungkinan trauma.
4. Aspirasi
mulut dan tenggorokan.
5. Baringkan
pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi.
6. Berikan
oksitosin 4-6 liter.